Workshop Penguatan Implementasi Kurikulum Merdeka melalui PMM

SMA Kesatrian 2 Semarang sebagai lembaga pendidikan telah menerapkan kurikulum merdeka dalam pembelajaran selama hampir setahun. Namun, beberapa guru belum memahami isi kurikulum merdeka secara utuh. Padahal pemerintah juga telah membuatkan platform Merdeka Mengajar agar guru dapat mempelajari dan menerapkan Kurikulum Merdeka secara mandiri sesuai arahan pemerintah. Rendahnya presentase guru yang membuka dan mengerjakan platform tersebut mendorong SMA Kesatrian 2 melaksanakan workshop implementasi kurikulum merdeka. Tujuan akhir dari workshop ini guru mampu menghasilkan CP, ATP, dan modul ajar yang sesuai karekter siswa SMA Kesatrian 2 Semarang.

Pembukaan Workshop oleh Ketua Yayasan

Peserta workshop tidak hanya diikuti guru-guru SMA Kesatrian 2 Semarang saja, namun juga guru-guru SMA Kesatrian 1 Semarang yang sama-sama berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 Semarang. “Kami akan selalu mendukung semua kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas guru dalam kegiatan pengajaran dan pembelajaran. Itu merupakan komitmen kami.” Kata Muncar Pugara Briliantina, S.T yang merupakan Ketua Yayasan Pendidikan Kesatrian 67 Semarang. Drs. Sunarno, M.Si kepala SMA Kesatrian 2 Semarang mengatakan bahwa Prosentase guru SMA Kesatrian 2 Semarang yang telah membuka dan menyelesaikan Program Merdeka Mengajar dibawah 50%. Maka beliau juga selalu mendorong guru-gurunya untuk lebih semangat dan aktif membuka platform tersebut.  

Instruktur Nasional Arif Ediyanto, M.Pd sebagai narasumber pertama menerangkan implementasi kurikulum merdeka mengatakan bahwa secara teori semua sudah tahu tentang kurikulum merdeka. Namun banyak guru yang tidak mau berubah karena terlalu nyaman dengan gaya mengajar yang lama. Beliau juga menambahkan bahwa inti dari kurikulum merdeka adalah membuat siswa nyaman belajar dilingkungan sekolah sesuai dengan gaya belajar mereka. Sekolah harus menjadi tempat bermain bagi siswa bukan tempat yang membuat mereka stress, tambahnya. Para guru diharuskan memahami gaya belajar siswa yang berbeda-beda. Pembelajaran disesuaikan dengan gaya belajar masing-masing siswa, atau lebih dikenal dengan diferensiasi pembelajaran. Gaya belajar ini antara lain Visual, Auditori, dan Kinestetik. Bapak Maryusis guru Geografi SMA Kesatrian 2 bertanya “Bagaimana guru mengetahui hasil pemetaan gaya belajar siswa saat belajar dikelas?”. Arif mengatakan setelah siswa mengikuti uji gaya belajar maka guru harus mengetahui semua hasil gaya belajar siswa dan menambahkan di absensi dan daftar penilaian siswa gaya belajar siswa serta kemampuan tambahan siswa. Dengan begitu guru tidak perlu menghafal gaya belajar siswa. Para guru juga diharuskan memahami macam-macam strategi pengambilan hasil laporan asesmen. Tidak hanya menggunakan asesmen akhir semester tetapi bisa pula dengan portofolio, conference, serta gelar karya.

Arif Ediyanto, M.Pd.

Mengingat adanya proyek kolaborasi guru mata pelajaran dan P5, bagaimana jika kegiatan tersebut berbenturan waktunya, tanya salah satu peserta workshop. Arif memberikan arahan harus ada rapat sebelum tahun ajaran baru dimulai yang membahas waktu projek kolaborasi guru mata pelajaran dan P5.

Fanny Firman Syah, M.Pd. sebagai narasumber kedua memberikan penjelasan tentang Aksi Nyata dalam Platform Merdeka Mengajar. Aksi Nyata merupakan aktivitas terakhir untuk menyelesaikan satu topik Pelatihan Mandiri. Aksi Nyata juga merupakan bentuk praktik pemahaman guru terhadap topik yang dipelajari dalam Pelatihan mandiri. Melalui Aksi Nyata, guru bisa mencoba mengimplementasikan teori yang telah dipelajari dalam Pelatihan Mandiri dan mendemonstrasikan pemahaman dan penguasaan materi. Beberapa trik/strategi jitu dari bapak Fanny untuk membuat aksi nyata, yaitu dengan ATM yang mempunyai kepanjangan Amati, Tiru, Modifikasi (no plagiat), Ikuti aturan, Dokumentasi, dan adanya refleksi serta umpan balik, dengan trik/strategi tersebut diharapkan para guru lebih mudah untuk menyelesaikan Aksi Nyata.

Kurikulum Merdeka

Para peserta workshop mengungkapkan bahwa mereka mendapatkan ilmu baru dan pencerahan dalam memahami IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) dan menyelesaikan aksi nyata di platform merdeka mengajar. Drs. Sunarno, M.Si. kepala SMA Kesatrian 2 Semarang menambahkan diakhir workshop bahwa guru harus mau berubah menjadi lebih baik dengan banyak belajar, membaca, serta membuat langkah-langkah pembelajaran sesuai gaya belajar siswa. Salah satunya dengan menyelesaikan semua topik yang ada diplatform merdeka mengajar. Karena penyelesaian semua topik yang ada di platform merdeka mengajar berpengaruh dengan akreditasi dan mutu sekolah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *