Praktik Pranatacara sebagai bentuk Pelestarian Adat Jawa

SEMARANG – SMA Kesatrian 2 Semarang ‘mantu’ selama 3 hari berturut-turut. Mantu disini bukan makna sebenarnya. Mantu tersebut merupakan kegiatan praktik pranatacara yang ada dalam mata pelajaran Bahasa Jawa. Kegiatan yang dilakukan sejak Senin (19/2) hingga Rabu (21/2) itu diikuti oleh lima kelas XI. Mulai dari kelas XI-1 sampai XI-5.

Guru Bahasa Jawa Rani Intansari, S.Pd., menyebutkan kegiatan tersebut merupakan bentuk asesmen sumatif berbasis proyek dalam bab pranatacara. Dia mengungkapkan persiapan dilakukan selama satu bulan setengah. “Persiapan yang panjang tersebut menunjang kegiatan praktik pranatacara bisa berjalan baik sesuai harapan,” terangnya. Kegiatan ‘mantu’ sebagai praktik pranatacara dilaksanakan di Gedung Pertemuan 67 Semarang, jadi seperti prakti mantu sesungguhnya.

Rani mengatakan rangkaian pranatacara terdiri atas pembukaan, balang-balangan suro, ngedak tigan, bobot timbang, balang gantang, kacar kucur, dulangan, ngabekten, dan penutup. Satu persatu pranatacara dapat dipraktikkan dengan apik oleh siswa-siswi SMA Kesatrian 2 Semarang. Para siswa berdandan layaknya sepasang pengantin yang sedang melangsungkan pernikahan.  Pengantin perempuan dengan riasan di wajah terlihat sangat cantik dengan balutan kebaya warna putih. Tidak kalah, sang pengantin prianya tampak gagah dengan busana beskapnya.

pranatacara

“Dalam serangkaian prosesi pranatacara itu terdapat makna filosofi masing-masing, sehingga dengan adanya praktik ini harapannya anak-anak bisa tahu lebih dalam tentang proses dan makna filosofisnya,” ucapnya. Beliau berharap dengan praktik tersebut, anak-anak akan mempunyai pengalaman lebih tentang adat jawa. “Bahwa adat jawa sebagus dan sepenting itu” ungkapnya. Selain itu, praktik pranatacara ini juga berkesan di hati siswa-siswi SMA Kesatrian 2 Semarang, “Seru, soalnya kali pertama praktik ini. Saya bisa belajar pelafalan bahasa Jawa dengan nada yang sesuai karena saya bukan asli Jawa, jadi lidahnya bukan logat Jawa dan lumayan ribet di awal-awal latihan” ungkap Rini (Siswi kelas XI-3). Tak hanya Rini, siswa lain yang memerankan sebagai pengantin yaitu Rasya (Siswa kelas XI-1) juga memberi kesan bahwa “kegiatan ini memberikan sebuah pengalaman yang berguna untuk nantinya, karena sebagai anak muda kita tahu prosesi pernikahan adat Jawa dari awal sampai akhir”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *